Nasib Para Wanita Pada Sejarah Masa Perang Dunia I

Perang merupakan suatu histori yang menakutkan, kamu dapat menanyakan kepada veteran atau melihat film-film perang. Maka gak mengherankan terkecuali ditemukan beribu kisah mengerikan yang berlangsung di dalam jantung sebuah perang. Seperti halnya yang berlangsung terhadap para veteran yang dulu melihat perang, mereka melihat bagaimana jasad bergelimpangan.

Perang gak hanya berakhir bersama penandatanganan perjanjian dan gencatan senjata, tapi kematian ribuan nyawa tetap saja gak terelakan. Berikut ini ada beberapa kisah yang paling gelap, paling aneh, dan paling meresahkan yang nampak berasal dari konflik terbesar di dalam sejarah, kisah-kisah yang membebani hati orang-orang yang dulu ada di masanya.

Perang identik bersama konflik yang berlarut-larut, berlangsung lama dan memakan banyak korban jiwa, tapi ada termasuk beberapa pertempuran yang berlangsung terlalu singkat. Yang kali ini kita akan bahas adalah bagaimana kondisi para pekerja pabrik khususnya wanita pada saat Perang Dunia pertama. Fakta ini tidak begitu berbeda dengan fakta perang pada Azerbaijan dan Armenia.

Penderitaan Pekerja Pabrik Pada Perang Dunia I

Dengan dimulainya Perang Dunia I, kehidupan banyak orang terasa terusik, para pria pergi berperang, dan beberapa para wanita bekerja. British Legion menyebutkan bahwa jutaan orang pergi bekerja di pabrik, termasuk wanita. Mereka bekerja di pabrik amunisi, yang membuat kulit mereka jadi kuning dan rambut mereka jadi putih gara-gara terpapar bahan kimia beracun yang mereka tangani tiap-tiap hari selama 12 jam.

Zat kimia selanjutnya membuat mereka rentan terhadap penyakit kerusakan hati, penyakit kuning yang beracun dan penyakit lainnya. Mereka yang bekerja pas hamil melahirkan bayi berkulit kuning yang dijuluki Canary Babies (Bayi Kenari) Gak termasuk berapa kuantitas wanita yang meninggal, seperti yang diungkapkan BBC. Tidak hanya berperang, Pria juga marak melakukan permainan perjudian mirip link sbobet sebagai hiburan mereka saat sedang beristirahat.

Parahnya lagi, pabrik-pabrik amunisi kerap jadi sasaran untuk pengeboman musuh, disempurnakan ulang munculnya percikan api atau bahkan listrik statis di pabrik yang dapat membuat ledakan dahsyat di pabrik tersebut. Ledakan fatal kerap berlangsung dan para wanita kehilangan jari, tangan, penglihatan, dan yang lainnya.

Seorang pekerja hamil kehilangan ke dua tangan dan penglihatannya gara-gara ledakan. Banyak di pada mereka yang bernyanyi dikala mendengar nada ledakan, mereka menyebutkan bahwa perihal itu adalah hanya satu cara untuk memelihara stimulus mereka dikala dihadapkan bersama kematian.